Friday, May 25, 2018

"Seorang Dokter Harus Bisa Berkomunikasi, Harus Bisa Menyampaikan Informasi Tentang Penyakit Dan Memberikan Empati"


“Seorang dokter harus bisa berkomunikasi, harus bisa menyampaikan informasi tentang penyakit dan harus bisa  memberikan empati”, itulah potongan kalimat dari Serial televisi drama medis Amerika Serikat, The Good Doctor.

Film yang dibintangi Freddie Highmore sebagai Shaun Murphy, seorang dokter bedah muda di Rumah Sakit San Jose St. Bonaventura yang menderita sindrome Autisme dan Savant.

Dokter muda ini memiliki masa kecil yang bermasalah, dengan kemampuannya yang cerdas serta penglihatan yang jelas dalam mencatat detail berbagai perubahan per menit hasil medis pasiennya dia berusaha untuk menyelamatkan nyawa si pasien, serta harus berjuang dari diskriminasi sosial. 

Dalam episode pertama The Good Doctor dengan judul Burnt Food berkisah tentang awal mula perjuangan Presiden San Jose St. Bonaventure Hospital, Dr. Aaron Glassman, untuk merekrut dokter Shaun Murphy menjadi staf dalam kelompok dokter bedah yang dipimpin oleh Dr. Neil Melendez.

Perdebatan para dewan rumah sakit, antara pro dan kontra untuk menerima kondisi Shaun Murphy sebagai dokter di rumah sakit tersebut. Karena kekurangannya yang autis dan susah untuk bersosialisasi menjadi faktor utama untuk tidak diterimanya sebagai dokter ahli di rumah sakit tersebut.

Salah satu dokter menyatakan bahwa,” Bagaimana Shaun bisa menjadi Dokter bedah disini ? Dia hanya seorang autis dan susah bersosialisasi. Sementara seorang dokter bedah harus bisa berkomunikasi karena harus bisa menyampaikan informasi tentang penyakit pasiennya dan harus bisa memberikan empati pada pasien dan keluarganya”.

Saat para dewan rumah sakit sedang rapat, Shaun Murphy baru saja mendarat di bandara dan melihat kejadian kecelakaan yang dialami seorang anak laki-laki yang sedang ditolong oleh dokter. Shaun melihat dokter tersebut salah meletakkan kain untuk menyumbat perdarahan, sehingga anak tersebut kesulitan bernafas, lalu dengan bantuan Shaun dan alat seadanya, Shaun berhasil menyelamatkan hidup seorang anak dan rupanya kejadian tersebut direkam sehingga menjadi viral di internet.

Ketika Shaun sampai di rumah sakit, para dewan melihat video viral Shaun yang sedang menyelamatkan seorang anak. Lalu rapat dewan dimulai kembali dan Shaun Murphy diminta untuk menjelaskan mengapa ia ingin menjadi seorang dokter? Ketika dewan menunggu jawaban Shaun yang sangat lama sekali, Shaun akhirnya berbicara.

“The day that the rain smelled like ice cream, my bunny went to heaven in front of my eyes. The day that the copper pipes in the old building smelled like burnt food, my brother went to heaven in front of my eyes. I couldn't save them. It's sad. Neither one had the chance to become an adult. They should have become adults. They should have had children of their own and loved those children and I want to make that possible for other people. And I want to make a lot of money so that I can have a television."

Kalau diartikan mungkin begini : “Pada hari ketika hujan berbau seperti es krim, kelinci saya pergi ke surga di depan mata saya. Pada hari ketika pipa tembaga di gedung tua berbau seperti makanan yang terbakar, saudara laki-laki saya pergi ke surga di depan mata saya. Saya tidak bisa menyelamatkan mereka. Ini menyedihkan. Tidak ada yang memiliki kesempatan untuk menjadi dewasa. Mereka seharusnya menjadi dewasa. Mereka seharusnya memiliki anak mereka sendiri dan mencintai anak-anak itu dan saya ingin membuat itu mungkin untuk orang lain. Dan saya ingin menghasilkan banyak uang sehingga saya bisa memiliki televisi”.

Jawaban Shaun tentu saja membuat seluruh sidang menitikkan air mata, Shaun Murphy, seorang dokter muda autis akhirnya dapat diterima dan menjadi bagian dokter bedah di rumah sakit tersebut.

Dari film tersebut saya tertarik untuk membahas mengenai apa yang disampaikan dari salah satu dokter dalam rapat dewan rumah sakit yang isinya bahwa seorang dokter harus bisa berkomunikasi karena ia harus bisa menyampaikan informasi tentang penyakit pasiennya dan harus bisa memberikan empati pada pasien dan keluarganya.

Memang seorang dokter wajib menguasai ilmu public speaking, seorang dokter tidak hanya cakap dalam kompetensi kedokteran tapi juga harus cakap dalam mengkomunikasikan ide-ide secara terstruktur, berbobot, dan jelas pada saat praktek maupun tidak. Karena seorang dokter, perlu menjelaskan kepada pasien. Pasien bisa mendapatkan proses penyembuhan dengan nasehat dari dokter. Dokter harus memiliki kemampuan berbicara yang baik,  dapat menenangkan hati pasien, tidak menimbulkan rasa panik dan khawatir bagi pasien dan keluarganya, dokter harus mampu mempresentasikan ide dan gagasan dengan jelas kepada banyak orang. Dokter juga harus mampu melakukan transfer ilmu dengan baik ke suster dan tentu saja pada akhirnya dapat meningkatkan rasa suka pasien dan keluarganya pada dokter tersebut.

0 komentar:

Post a Comment