Monday, November 20, 2017

Belajar Public Speaking

Saat kita menjadi public speaker ada satu hal yang juga penting untuk digunakan pada saat penyampaian, yaitu frasa Anafora.
Frasa Anafora adalah bagian dari gaya bahasa dengan ciri khas menggunakan kata - kata yang diulang - ulang. Pengulangan katanya pada awal kalimat di setiap baris atau setelah tanda koma pada satu kalimat. Tujuannya adalah untuk mempertegas suatu makna dari gagasan atau ide yang ingin diungkapkan. Jadi Anafora dapat memberi makna penegasan. 

Contoh anafora yang dilakukan oleh Presiden Soekarno dalam pidatonya :

“Aku ini bukan apa-apa kalau tanpa rakyat,
Aku besar karena rakyat,
Aku berjuang karena rakyat,
Dan aku penyambung lidah rakyat”.

“Kemerdekaan tidak menyudahi soal-soal,
Kemerdekaan malah membangun soal-soal, tetapi
Kemerdekaan juga memberi jalan untuk memecahkan soal-soal itu.” (Ini petikan  Pidato Presiden Soekarno pada tanggal 17 Agustus 1948)

“ Terlepas dari perbedaan apa pun,
Jagalah Persatuan,
Jagalah Kesatuan,
Jagalah Keutuhan!
Kita sekalian adalah mahluk Allah!
Dalam menginjak waktu yang akan datang, kita ini seolah-olah adalah buta.” (Perikan Pidato Presiden Soekarno pada tanggal 17 Agustus 1966)

Contoh anafora yang dilakukan oleh Barrack Obama saat pidato :

Will we fight for human rights for the opponents of power, the military in Burma, the bloggers in Iran, or the voters in Zimbabwe?
Will we interpret the words "no longer" for human evil in Darfur?
Will we admit that there are no better examples than the projected from each of our countries to the world?
Will we resist torture and staunchly fight for law enforcement?
Will we welcome immigrants from other countries, avoid discrimination against different people or worship differently, and keep our promises to create equality and equal opportunity for our citizens?
Citizens of Berlin-Citizens of the World-This is our momentum.
Now is the time !!!

Yang artinya :
Akankah kita memperjuangkan hak-hak azasi manusia bagi para penentang kekuasaan, militer di Burma, para blogger di Iran, atau para pemilih di Zimbabwe?
Akankah kita memaknai kata-kata "tidak lagi" bagi kejahatan manusia di Darfur?
Akankah kita mengakui bahwa tidak ada teladan yang lebih kuat dari pada yang diproyeksikan dari masing-masing negara kita kepada dunia?
Akankah kita menolak penyiksaan dan kukuh memperjuangkan penegakkan hukum?
Akankah kita menyambut para imigran dari negara lain, menghindari diskriminasi terhadap mereka yang berbeda atau beribadah secara berbeda, dan menepati janji untuk menciptakan kesetaraan dan kesempatan yang sama bagi warga kita?
Warga Berlin-Warga Dunia-Inilah momentum kita.

Sekaranglah waktunya!!!

1 comment:

  1. I like your post. It is good to see you verbalize from the heart and clarity on this important subject can be easily observed... Media coach

    ReplyDelete