Saat kita menjadi public speaker ada satu
hal yang juga penting untuk digunakan pada saat penyampaian, yaitu frasa Anafora.
Frasa Anafora adalah bagian dari gaya
bahasa dengan ciri khas menggunakan kata - kata yang diulang - ulang. Pengulangan
katanya pada awal kalimat di setiap baris atau setelah tanda koma pada satu
kalimat. Tujuannya adalah untuk mempertegas suatu makna dari gagasan atau ide
yang ingin diungkapkan. Jadi Anafora dapat memberi makna penegasan.
Contoh anafora yang dilakukan oleh Presiden
Soekarno dalam pidatonya :
“Aku ini bukan apa-apa kalau tanpa rakyat,
Aku besar karena rakyat,
Aku berjuang karena rakyat,
Dan aku penyambung lidah rakyat”.
“Kemerdekaan tidak menyudahi soal-soal,
Kemerdekaan malah membangun soal-soal,
tetapi
Kemerdekaan juga memberi jalan untuk
memecahkan soal-soal itu.” (Ini petikan Pidato
Presiden Soekarno pada tanggal 17 Agustus 1948)
“ Terlepas dari perbedaan apa pun,
Jagalah Persatuan,
Jagalah Kesatuan,
Jagalah Keutuhan!
Kita sekalian adalah mahluk Allah!
Dalam menginjak waktu yang akan datang,
kita ini seolah-olah adalah buta.” (Perikan Pidato Presiden Soekarno pada
tanggal 17 Agustus 1966)
Contoh anafora yang dilakukan oleh Barrack
Obama saat pidato :
Will we fight for
human rights for the opponents of power, the military in Burma, the bloggers in
Iran, or the voters in Zimbabwe?
Will we interpret
the words "no longer" for human evil in Darfur?
Will we admit that
there are no better examples than the projected from each of our countries to
the world?
Will we resist
torture and staunchly fight for law enforcement?
Will we welcome
immigrants from other countries, avoid discrimination against different people
or worship differently, and keep our promises to create equality and equal
opportunity for our citizens?
Citizens of
Berlin-Citizens of the World-This is our momentum.
Now is the time
!!!
Yang artinya :
Akankah kita
memperjuangkan hak-hak azasi manusia bagi para penentang kekuasaan, militer di
Burma, para blogger di Iran, atau para pemilih di Zimbabwe?
Akankah kita
memaknai kata-kata "tidak lagi" bagi kejahatan manusia di Darfur?
Akankah kita
mengakui bahwa tidak ada teladan yang lebih kuat dari pada yang diproyeksikan
dari masing-masing negara kita kepada dunia?
Akankah kita
menolak penyiksaan dan kukuh memperjuangkan penegakkan hukum?
Akankah kita
menyambut para imigran dari negara lain, menghindari diskriminasi terhadap
mereka yang berbeda atau beribadah secara berbeda, dan menepati janji untuk
menciptakan kesetaraan dan kesempatan yang sama bagi warga kita?
Warga Berlin-Warga
Dunia-Inilah momentum kita.
Sekaranglah
waktunya!!!
I like your post. It is good to see you verbalize from the heart and clarity on this important subject can be easily observed... Media coach
ReplyDelete