Memang saat ini ramai berbagai macam cara dilakukan oleh tokoh politik untuk nge"branding" partainya dan dirinya. Branding yang dilakukan masih ada juga dengan cara lama yaitu seperti buat slogan, visi dan misi, nama calon, nomor urut dan nama partai itu dilakukan dengan pemasangan spanduk, poster, sticker dan flyers. Padahal cara ini untuk saat ini kurang efektif karena pada dasarnya orang sekarang lebih cerdas, lebih pintar untuk memilih.
Lalu cara apa yang lebih efektif dilakukan bagi para caleg atau tokoh politik untuk berkampanye? Faktor yang terpenting adalah bagaimana tokoh politik itu berbicara di depan publik atau bagaimana dia berkampanye atau menyampaikan retorika yang benar lalu selanjutnya pilihlah media komunikasi yang berdampak besar. Sekarang sudah lahir jejaring-jejaring sosial seperti Vblog, Instagram, Line, Whatsap, FB, Youtube, Blog, Web, dan lain-lain.
Disinilah terlihat pola perubahan komunikasi yang dahsyat dari masyarakat, yang tadinya vertikal menjadi horizontal, yang tadinya sifatnya eksklusif menjadi inklusif, yang tadinya individual menjadi sosial.
Jadi tetap saja, tokoh politik tersebut harus memiliki keahlian dalam berbicara di depan publik. Karena tidak mungkin dia lakukan lip-synch saat berretorika atau saat berkampanye. (Lipsynch : lip-synch adalah sinkronisasi bibir atau sikap seseorang seolah benar-benar bernyanyi dengan menggerakkan bibirnya.
Setelah memiliki keahlian berbicara tersebut baru dapat menentukan media komunikasi yang dipilihnya yang efektif untuk menjaring konstituennya.