Thursday, August 25, 2016

Public Speaking The Iron Lady


Adakah bukti nyata dari sosok legendaris yang menepis anggapan apakah wanita bisa memimpin? Jawabannya adalah Margaret Thatcher. Sebagai seorang wanita yang ambisius, Thatcher telah berhasil menjadi Perdana Menteri wanita pertama di Inggris dan masa jabatannya pun terhitung paling lama di abad 20 ini, yaitu dari 4 Mei 1979 hingga 28 November 1990. Kebijakan ketat yang bertolak belakang dengan serikat buruh, serta kegigihannya dalam menentang Uni Soviet membuat Thatcher mendapat panggilan “Iron Lady”. Dari panggilan inilah judul film garapan Phyllida Lloyd diambil.

Film The Iron Lady menceritakan tentang kehidupan Margaret sejak masa remaja hingga beranjak menjadi wanita tua yang mengidap dementia. Semasa remaja, Margaret selalu tertarik mendengar pidato-pidato politik ayahnya yang pada saat itu menjabat sebagai anggota dewan kota. Wanita yang terlahir di keluarga kelas menengah ini pun terinspirasi untuk berkarir di dunia politik melalui partai konservatif dan berjuang untuk memperoleh tempat di gedung parlemen Inggris. Tentunya, perjuangannya ini tidak berjalan dengan mulus. Dalam dunia yang masih didominasi oleh pria, kehadiran dan setiap pendapat yang dilontarkan dengan tegas oleh Margaret sering kali diremehkan. Namun, dengan dukungan suaminya, Denis, Margaret pun berhasil memanjat tangga kesuksesan politik hingga menjabat sebagai seorang Perdana Menteri.

Karir Margaret sebagai seorang Perdana Menteri dihiasi dengan beragam tantangan keras yang menguji kegigihan, keberanian, dan ketegasannya sebagai seorang pemimpin. Dalam film ini, Lloyd memasukkan kejadian-kejadian krusial selama masa jabatan Margaret, dari peningkatan jumlah pengangguran dan anggaran ketat yang membawa kepada kerusuhan Brixton di tahun 1981, perang Falklands di tahun 1982, demonstrasi penambang dari tahun 1984 hingga 1985, hingga pengeboman Grand Hotel di Brighton pada saat Konferensi Partai Konservatif 1984 yang hampir merenggut nyawa Margaret dan Denis.

Film ini diawali dengan penggambaran Margaret yang telah berusia 86 tahun dan menderita dementia, halusinasi, serta kondisi fisik yang menurun akibat usia tua. Selama jalannya film, Margaret tua yang mulai mengingat-ingat perjalanan karir politiknya menjadi pusat cerita.

Di film ini stiap pelafalan kata dalam aksen Inggris dan emosi yang dimunculkan, dari hasrat yang menggebu untuk menaklukkan dunia politik di Inggris hingga setiap kesedihan dan kemarahan, terasa sangat nyata.

Terlihat saat semasa menjadi menteri pendidikan, acapkali ia sulit untuk mendapatkan kesempatan berbicara saat hearing. Ketika ia diberi kesempatan bicara tentang kebijakan listrik, tiba-tiba saja listrik padam. Suasana hearing gaduh, dengan sigap Margaret menyorot wajah pemimpinnya dengan senter yang Ia bawa sendiri dalam tas mungilnya. Semua heran dan takjub ketika mengetahui bahwa Margaret telah berpikir dan melakukan apa yang tidak mereka pikirkan. Membawa senter sebagai antisipasi listrik padam.

Lalu saat Margaret menemui 2 orang yang diharapkan sebagai tim sukses untuk maju sebagai pemimpin partai konservatif. Setelah menyimak dialog, pakaian dan body language Margaret, 2 orang itu menyarankan untuk melepas topi dan kalung mutiara yang biasa dipakainya karena terkesan sangat eksklusif. Ternyata, ia menerima instruksi para konsultannya untuk memperbaiki diri dalam berbusana dan berbicara didepan umum dan beliau menyanggupi untuk merubah penampilan dengan melepas topi mungilnya, namun ia tak bersedia menanggalkan kalung mutiaranya karena itu adalah pemberian suaminya. Nyonya Thatcher memperbaiki intonasi suaranya karena kritikan dari konsultannya yang mengatakan bahwa intonasinya terlalu melengking. Dan upayanya supaya dia tidak kaku di depan kamera, dia minta untuk seorang konsultannya berdiri didepannya agar dia bisa sadar dan merasa nyata sedang berbicara di depan orang.

Quote yang saya ingat dari film tersebut begini :
"If you want to change then lead the party. If you want to change it lead the nation ! "
 “Jika ingin mengubah partai maka pimpinlah. Jika ingin mengubah bangsa maka pimpinlah!”

Dan di film ini terlihat cara public speaking seorang The Iron Lady yang sungguh luar biasa. Bagaimana beliau bisa memainkan intonasi, artikulasi , volume suara dan bahasa tubuhnya yang membuat orang terpukau. Semua dipadukan menjadi suatu harmoni dalam berbicara. Dan beliau lakukan berbicara didepan publik dengan penuh kesiapan.


0 komentar:

Post a Comment