Friday, July 15, 2016

Public Speaking : Maid in Manhattan banyak makna


Dari film Maid in Manhattan karya sutradara Wayne Wang ada yang bisa saya petik. Film ini menceritakan kisah seorang single parent Marisa Ventura yang diperankan oleh aktris cantik Jennifer Lopez. Marisa memiliki seorang anak bernama Ty. Ia bekerja sebagai pelayan hotel kelas atas di New York. Suatu ketika ia bertemu dengan Christopher Marshall yang diperankan oleh Ralph Fiennes saat sedang mencoba blazer mewah milik seorang pelanggan hotel tersebut yang bernama Caroline Lane (diperankan oleh Natasha Richardson). Awalnya Chris bertemu dengan Ty di dalam lift. Chris sangat terkejut mengetahui bahwa Ty yang menyukai politik sejak kecil mengenali Chris sebagai seorang anggota DPR yang akan mencalonkan diri sebagai Senator. Akhirnya Ty mempertemukan Chris dan Marisa yang menggunakan baju Caroline.
Chris pun segera jatuh cinta pada pandangan pertama dan kesalahpahaman pun terjadi.
Dalam pertemuan tersebut Chris ditanya oleh Ty bagaimana menghadapi publik, apakah dia tidak takut? Chris menjawab pertanyaan Ty , dia bilang : walau saya sering berbicara didepan umum, saya masih mengalami takut. Dan jalan keluarnya adalah selalu mengantongi klipper,  yang akan digenggamnya hanya 1 buah untuk menghilangkan grogi saat dia berbicara di atas podium.


Chris mengajak Marisa dan Ty jalan-jalan dan ia begitu terpikat pada Marisa yang polos dan apa adanya. Yang berani mengkritik pemerintah karena dinilai tidak sederhana. Ketertarikan itulah yang membuat Chris mengundang Marisa pada acara makan siang di kamar hotelnya. Namun yang ia tahu namanya Caroline Lane. Maka surat undangan pun sampai pada Caroline.
Chris begitu terkejut ketika yang datang jauh berbeda dengan wanita yang ia ajak jalan jalan. Caroline adalah sosialita yang dicampakkan kekasihnya dan sangat terobsesi mencari pacar. Jelas ini membuat Chris ketakutan. Ia pun meminta Jerry asisten pribadinya mencari tahu sampai ketemu wanita yang ia sebutkan ciri-cirinya. Jerry pun segera menyadari bahwa wanita itu hanyalah pelayan hotel tersebut.



Pada akhirnya terbongkarlah oleh Chris bahwa Marisa hanyalah seorang pelayan hotel dan mereka pun berpisah. Marisa yang nyaris diangkat menjadi manager hotel pun terpaksa dipecat karena kesalahannya memakai baju pelanggan. Namun Chris menyadari bahwa ia mencintai Marisa dan tidak melihat apa latar belakangnya.
Akhirnya saat Chris melakukan pidato publiknya di hotel tempat Marisa bekerja, ketika harus berhadapan dengan audience yang semuanya adalah wartawan, ada 1 anak kecil yang bertanya , rupanya anak kecil tersebut Ty. Dan Ty dengan lantangnya bicara menyatakan bahwa adakah kesempatan kedua jika yang pertama itu gagal? Chris menjawab ada, dan berikan tepuk tangan untuk calon senator masa depan ini. Lalu dia mendekat ke Ty dan memperlihatkan klipper yang digenggamnya, begitu juga Ty dia menggenggam klipper.

Lalu Chris berlari mencari Marisa dan menyatakan bahwa ia mencintainya apapun pekerjaannya. Akhirnya menikahlah seorang senator dengan manajer hotel mantan pelayan hotel.

Cerita ini sederhana dan klasik sebenarnya tetapi dikemas menarik sehingga orang tidak akan bosan. Tetapi kalo dicerna lebih jauh, ini seperti mengembangkan impian yang agak jauh dari realita dimana seorang Senator mau mencintai seseorang dengan kelas yang jauh berbeda dengannya.

Banyak yang bisa dipetik dalam film ini.
  1. · Orang yang biasa menjadi public speaker pun pasti mengalami grogi awalnya. Dalam hitungan waktu 5 menit pertama, setelah itu ia akan dapat mengontrol dirinya.
  2. ·  Untuk menghilangkan grogi saat berbicara didepan umum, dapat memegang barang kecil sebagai objek agar menjadi bahan pelampiasan rasa grogi tersebut.
  3. ·      Teruslah bermimpi karena dengan mimpi dan semangat yang tinggi maka keberhasilan akan dapat diraih.
  4. ·      Perbedaan tingkat ekonomi bukan menjadi halangan untuk terus bermimpi dalam meraih suatu hal yang diinginkan.
  5. ·      Jika cinta sudah berbicara maka perbedaan sosialpun bukan menjadi halangan.
  6. ·      Setiap orang berhak mendapatkan kesempatan kedua apapun peristiwanya, siapapun manusianya semua mendapat kesempatan kedua . Kuncinya adalah kejelian. Jika kita sudah terlatih dalam kejelian melihat kesempatan, jangan kita curi kesempatan itu. Cukup keahlian kita dalam melihat kesempatan secara jeli untuk membantu, melihat dan merasakan orang lain menemukan kesempatan kedua. 

0 komentar:

Post a Comment